“Kita harus tata lagi para pelaku jasa usaha seperti lapak kios dan para penjual agar lebih rapi. Kita harap bisa dibangun dengan 2 lantai untuk para penjual dan kios mengingat terminal ini luasnya hanya 6600 meter persegi saja karena juga dibatasi bangunan pertokoan,” kata Michael.
Ia juga menjelaskan, secara umum jumlah masyarakat pengunjung atau pengguna layanan terminal tipe B Kefamenanu ini berkisar minimal 15 ribu orang per hari. “Bila hari libur atau hari raya bisa mencapai 19 ribu orang. Namun semenjak pandemi covid 19 ini maka jumlah pengunjung atau pengguna menurun hanya berkisar 11 ribu orang saja per hari,” ungkap beliau.
“Angkutan pekotaan sebelum covid ini kurang lebih 30 unit yang namun menurun hingga 50% atau sekitar 15 unit. Angkutan pedesaan dari 60 unit menurun sekitar 46 unit saja. Kita bersyukur angkutan pedesaan tidak terlalu menurun karena arus masyarakat desa yang datang ke kota atau sebaliknya itu cukup banyak” tambahnya.
Ia menjelaskan, untuk angkutan utama yaitu angkutan antarkota dalam provinsi yang melintasi terminal ini baik dari TTU sendiri, Belu dan Malaka maupun dari Kupang ada sebanyak 110 unit. Namun kini menurun hanya 60 unit saja. Namun dengan seiring berjalannya waktu dan kita menerapkan peraturan prokes dengan baik maka kini banyak yang sudah mulai berperasi kembali.
“Kita saat ini kekurangan pada sisi SDM yakni kekurangan staf pengelola terminal yang berstatus PNS, hanya ada tenaga tidak tetap yang mana kewenangannya juga terbatas. Ini masih menjadi kekurangan kita,” tambahnya. (*/OM)
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.