Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Opini  

Menangkal Disintegrasi Setelah Pilpres 2024

Para pemimpin Indonesia harus menjadikan pemilu yang luber dan jurdil sebagai tujuan bersama, sehingga kasus-kasus bottle-necking, kebuntuan, dan kekisruhan setelah pemilihan presiden dapat dieliminasi. Coba kita kembali melihat apa yang terjadi ketika gelaran pemilihan presiden Venezuela menemukan jalan buntu.

‘Kehancuran’ Venezuela bermula dari gelaran pemilihan presiden 2018. Saat itu, presiden petahana, Nicolas Maduro, keluar sebagai pemenang dan mempertahankan periode keduanya. Dua rival Maduro, Henri Falcon dan Javier Bertucci, menolak hasil pemilu yang dianggap sandiwara palsu lantaran diduga terjadi banyak penyimpangan, seperti dugaan pembelian suara dan kecurangan lainnya. Namun, Maduro tetap dilantik sebagai presiden pada 10 Januari 2019, yang memicu krisis politik berkepanjangan.

Krisis politik diperparah setelah Ketua Majelis Nasional atau Parlemen Juan Guaido mendeklarasikan diri sebagai sebagai presiden interim Venezuela, menentang kepemimpinan Maduro. Perebutan tahta antara Madura-Guaido berimbas pada kondisi ekonomi negara tersebut yang terus tersungkur setelah harga minyak anjlok pada 2016. Hingga pada akhirnya Presiden Madura membuat kesepakatan dengan pihak oposisi yang akan mengadakan pemilihan presiden pada 2024. Contoh tragedi politik di Venezuela juga terjadi di Afghanistan, Pakistan, Kongo, dan Zimbabwe.

Baca Juga :  Menyambut sidang Commision on the Status of Women atau CSW ke-63 yang akan digelar pada 11-22 Maret 2019 di New York, sejumlah perwakilan negara di kawasan Asia-Pasifik menggelar rapat persiapan di Bangkok, Thailand

Kontras dengan di Indonesia, hal yang membanggakan terjadi pada para pemimpin Indonesia. Bangsa Indonesia terbukti telah mampu mengatasi perseteruan politik yang rumit di masa lampau, sehingga kita dapat memandang bahwa pemilihan umum yang diselenggarakan lima tahunan merupakan tahapan dan rangkaian perjalanan bangsa Indonesia untuk dapat mewujudkan apa yang dicita-citakan, dengan kristalisasi keringat bahkan darah para pendiri bangsa dan termaksut dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Jadi, sangatlah naif, jika kita bertengkar tak berkesudahan gara-gara ego sektoral bertopeng kepalsuan kepentingan bangsa dan negara. Jangan hanya memenangkan suara rakyat tetapi tidak dengan hatinya. Pendek kata, jika Anda tidak memperjuangkan kepentingan nusa, bangsa, dan negara Indonesia, lebih baik minggir! Dan tentunya saat ini kita semua yakin masyarakat Indonesia sudah cerdas dalam menentukan pilihan, satu hari menentukan masa depan bangsa selama 5 tahun maka pililah pemimpin yang terbaik dari yang baik, pemimpin yang memikirkan nasib rakyat bukan memikirkan nasib Pejabat apalah makna Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, Tentunya kita selalu bercermin pada masa lalu dimana nasib hidup kita saat ini apakah sudah sejahtera atau belum, apakah kesejahteraan tenaga kerja sudah terjamin atau belum, marilah kita merenung dalam hati kita masing-masing sebelum mencoblos.

Baca Juga :  Dilematika Perangkat Desa Se-Kabupaten TTS

Pemilu 2024 di depan mata, tidak ada yang sempurna kecuali rencana Tuhan tetapi tak ada salahnya untuk kita sama-sama menentukan siapa pemimpin Indonesia sesuai dengan visi dan misi kandidat. Masa depanmu akan terlihat cerah ketika berhasil memberikan suara di Pemilu 2024.