Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

EMANUEL BRIA: KOPERASI JASA EKONOMI DIGITAL INDONESIA SIAP MEMBANTU MASYARAKAT NTT

EB menyinggung bahwa di NTT memang saat ini menjadi gudang koperasi-koperasi. Tapi yang membedakan Koperasi ekonomi digital dengan koperasi lainnya adalah bukan soal simpan uang dan pinjam uang di koperasi. Kalau Koperasi ekonomi digital justru memulai dari apa yang kita punya, contohnya kalau kita punya tenun ya itu yang akan kita jual untuk menghasilkan uang.

Emanuel Bria sebagai salah satu Calon Bupati Malaka Periode 2020-2025 komitmen untuk kembalikan Adat Malaka pada aturannya yang tepat usai menghadiri Pagelaran Ekonomi Kreatif yang diselenggarakan Koperasi Digital Indonesia dan Yayasan Kroman Malaka. Emanuel Bria yang lebih akrab disapa EB, yang adalah putra asli Malaka dan merupakan keturunan raja Rabasa, meyakini bahwa adat adalah bagian dari hidup yang tidak boleh diabaikan apalagi sampai ditinggalkan. Karena itu setiap kali berkunjung ke Malaka, EB selalu menyempatkan waktu untuk melakukan prosesi adat demi menghargai warisan leluhur yang telah turun-temurun.

Ketua Koperasi ekonomi digital Malaka Venny menjelaskan bahwa Koperasi Digital Indonesia khususnya di Malaka sudah bergerak selama ini dan sudah terbentuk 64 kelompok dimana setiap kelompok berisi 10 orang. Kelompok penenun ini memproduksi kain tenun, kemudian pemasarannya akan diusahakan oleh koperasi secara bersama. Terkait produk, para pembeli produk dari KDI Malaka pun tidak perlu merasa khawatir tentang kualitas produk yang dijual. Pasalnya, tim Koperasi selalu memberikan pengawasan dan pendampingan yang rutin kepada para anggota koperasiā€, kata Venny.

Baca Juga :  Miliki Keinginan Mulia Untuk Banyak Orang, Mario Lado Menjadi Barista Tuli Muda NTT Pertama

Adapun 1000 peserta yang antusias ingin menjadi anggota Koperasi Digital Indonesia datang dari berbagai kecamatan dari 12 jumlah kecamatan di Kabupaten Malaka. Menariknya, masing-masing kecamatan di Malaka ternyata sudah memiliki kelompok Ibu-Ibu penenun, pembuat cinderamata dan oleh-oleh khas Malaka. Khusus tenun, hasil dari kerajinan Ibu-ibu di tiap kecamatan itulah yang dipamerkan sekaligus membalut tubuh 1000 peserta ini saat hadir di acara Pagelaran Ekonomi Kreatif.

Pagelaran ekonomi kreatif untuk pertama kalinya di Kabupaten Malaka ini diselenggarakan atas kerja sama Koperasi Digital Indonesia dengan Yayasan Kroman Malaka. Fridolin Berek, pendiri dan penasehat Yayasan Kroman Malaka menegaskan bahwa kerja sama ini terjadi karena adanya keprihatinan yang sama terhadap perekonomian masyarakat Malaka.

Baca Juga :  Petani NTT Diarahkan Jadi Pengusaha Tani*

Oleh karena itu, mimpi KDI Malaka dan Yayasan Kroman Malaka ke depan adalah menjadikan kabupaten Malaka sebagai sentra Tenun atau Bursa Tenun Malaka yang kaya akan motif. Sayangnya, acara besar untuk memberi stimulus terhadap pergerakan ekonomi di Kabupaten pemekaran dari Belu ini tidak dihadiri Pemerintahan daerah setempat. Padahal, panitia mengaku telah melayangkan surat undangan kepada pihak pemerintah.

Aleta Baun merupakan salah satu penerima Piagam Penghargaan dari Barack Obama Hadir di Pagelaran Ekonomi Kreatif Malaka dalam materinya mengungkapkan bahwa saya bangga karena peserta kebanyakan hadir yakni perempuan, ini sebuah kekuatan baru untuk memperbaiki ekonomi

Baca Juga :  SOSIALISASI DAN PENDATAAN AWAL PERSIAPAN PENGADAAN TANAH PEMBANGUNAN BENDUNGAN MANIKIN /TEFMO

penerima penghargaan Goldman Environmental Prize menuturkan Tenun Malaka akan maju jika tidak adanya pengrusakan lingkungan hidup. Pasalnya kain tenun yang berkualitas justru diproduksi dengan menggunakan bahan-bahan alami di lingkungan sekitar. Karena itu saya menghimbau kepada mama-mama, jangan sekali-kali biarkan orang lain kelola kampung kita. Kalau orang merusak alam, kita patut lawan.

Aleta Baun menegaskan untuk berani melawan pihak manapun yang melakukan pengrusakan lingkungan hidup. Karena Malaka tidak hanya harus dijaga tradisi motif kain tenunnya yang kaya tapi juga perlu dijaga lingkungannya.(Mfnbk).