Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Belajar Dimasa Pandemi Covid-19 Varian Terbaru Linus Lusi: NTT Akan Menjadi Role Model Bagi Provinsi Lain.

“Nah rambu-rambu ini menjadi acuan normatif pada satuan pendidikan sehingga kedepan ketika ada evaluasi secara total desainnya hubung secara total. Tapi kalau NTT KBM tetap berjalan dengan pola ini kita menjadi sebuah room model bagi provinsi lain. Kenapa tidak. Sedikit seperti 5 orang dan bisa mengajar 20 menit, 30 menit selesai. Ada tugas mandiri ada yang tugas terspul. Tugas mandirinya apa materi-materi lain memang secara oristis nanti dipantau secara online atau offline dan kita bisa lakukan dan disanggupi oleh seluruh sekolah juga orang tua dan orang tua akan menandatangani kesepakatan diatas materai sehingga tanggungjawab bersama dan dalam pengetatan protocol kesehatan” ungkap Linus Lusi

Kunjungan kami ke 639 sekolah dari 903 sekolah mereka siap. Dan pembatasan online itukan di kota-kota besar. Tapi semakin jauh dari kecamatan, semakin jauh ya otomatis sekolahnya offline. Yang kita takutkan penumpukkan manusia khususnya siswa dipusat kota. Kota kupang SMA 2, SMA 3, SMAN 1 soe, SMAN Atambua, Kefa dan daratan Flores. Inikan pelimpah-pelimpah siswa.

Dijalankan dari seluruh siswa mendapatkan pelayanan hak pembelajaran yang sama. Disitu pasokan mata rantai pertumbuhan ekonomi bisa berjalan, hak-hak guru terlebih guru honorer yang mengandalkan dana dari komite sekolah bisa teratasi. Kalau ini dituntut secara total sekolah tidak akan membayar uang komite juga macet, bahwa itu ada sebuah bahaya yang siap, bahaya sosial. Nah ini faktor-faktor diluar factor esensial. Nah ini yang mau kita borong dan kita optimis soal KBM berjalan dalam online dan offline Dalam kategori pemabatasan. Sehingga teman-teman media bisa meyiarkan ini biar orang pusat bisa datang studi.Puskul bisa datang studi banding disini atau kosioner sejenisnya karena Jakarta zona merah sekarang situasinya Ini yang mau kita dorong demikian.

Baca Juga :  Anak-Anak NTT Punya Kemampuan Sains yang Tinggi

Soal Pengawasan sekolah, menurutnya Covid-19 ini sudah dua tahun. Pastinya semua siswa sudah berpengalaman dengan suasana ini. Begitu juga orang tua sudah berpengalaman. sekolah tetap melakukan fungsi pengawasan dan prokes dan orang tua juga tetap mengawasi anak-anaknya, dan anak-anak juga pasti tau pilihan-pilihan terbaik.

“Ini kembali kepada kesadaran para siswa. proses yang kita alami bukan baru-baru, ini berjalan dua tahun dan suka dukanya sampai siswa kelas X saja tidak kenal kepala sekolahnya, tidak mengenal wali kota, Gubernur, wakil Gubernur. sehinggah inilah sebuah fenomena soal pengawasan sudah relalif tetapi sekolah sangat ketat sekali dengan prokes, ada divisi dana tersedia karena dianggarkan didalam dana bos pembenahannya ada pada sekolah tetapi terkait dengan masker ya siswa tanggung jawab masing-masing”, Ujar Linus

Baca Juga :  Menggunakan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar, Ini Penjelasan Peneliti Bahasa Kantor Bahasa NTT

Jadi dalam situasi begini tidak boleh mengover alih hal yang sangat memprioritaskan kesehatan imun tubuh kepada orang lain atau lembaga lain, tetapi sekolah tidak diam saja pasti menyiapkan semua. Kita bangun kesadaran kolektif, dan saya kira dunia pendidikan pasti memahami ini.(Oll)