Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Bentangan Karpet Merah dan Malaka Laka Tebes di Arena Expo Apkasi 2022

(Sebuah catatan pinggir__Bagian Pertama)

Oleh: HerryKlau.

Jakarta, Mensanews.com- Malaka masih diguyur hujan deras, ketika keinginan untuk hadir pada sebuah ajang tahunan bernama Apkasi Otonomi Expo 2022 semakin mendekat.
Rapat persiapan menyongsong ajang ini pun dihelat di tengah guyuran hujan. Apalagi salah satu syarat untuk harus membawa video potensi dan produk daerah untuk ditampilkan di ajang tersebut, harus segera dibuat karena menjadi salah satu kriteria penting penilaian tim juri.

Sekali lagi, di tengah guyuran hujan awal bulan Juli 2022, tim kreatif harus mengambil gambar di lapangan, membuat narasi, mengisi suara, mengeditnya hingga menghasilkan sebuah tayangan yang menarik, bukan hal yang mudah. Bekerja extra time dan sedikit “melawan” habitus.

Baca Juga :  Tim Kemenkumham Lakukan Pemeriksaan Subtansif untuk Indikasi Geografis Tenun Ikat Fehan di Malaka

“Kerja seminggu untuk sebuah tayangan yang menarik, adalah hal ‘gila’ yang kita miliki dalam tim ini. Akan tetapi dengan segala kemampuan yang ada, kita harus buat dan lakukan sesuatu. Pasti ada hikmah yang kita ambil,” demikian drg. Maria Martina Nahak, M.Biomed memberi semangat.

Selain pengambilan gambar “di luar batas kewajaran” tim Dekranasda pun berjibaku menantang alam dengan mengumpulkan produk dan potensi lokal yang akan dibawa dalam pameran bergengsi yang menghadirkan ratusan kabupaten dan kota yang tersebar di bumi nusantara ini.

Baca Juga :  Mimpi Jadi Kenyataan, Anjelia Manek Bangga Terpilih Menjadi Putri Malaka 2023

Dan, di tengah keterbatasan waktu, tenaga, anggaran dan keterbatasan lahiriah lainnya, karena memang manusia itu adalah sebuah keterbatasan, tim expo pun berangkat menuju ibu kota.

Di ibu kota inilah ceritera tentang Expo Apkasi kita awali.

Tanggal 19 Juli 2022 pukul 10.00 WIB tim expo ‘mendarat’ di Ibu Kota setelah selama 3 jam berada di atas awan antara Kupang dan Jakarta.

Jakarta yang dengan segala hiruk pikuknya, Jakarta yang kesibukannya tingkat dewa, Jakarta yang macet dan berdesak-desakan, menyambut kami, ‘orang kampung’ yang jauh dan berbanding terbalik dengan realitasnya.